Kamis, 19 Januari 2012

WAWANCARA EKSKLUSIF HERNOWO DENGAN MUNIF CHATIB TENTANG BUKU SEKOLAHNYA MANUSIA

7. Tak sedikit orang yang masih salah paham terkait dengan teori MI ini. Misalnya, penerapan MI harus benar-benar memerhatikan secara satu per satu anak didik karena setiap anak didik unik, tidak ada yang sama. Bukankah ini melawan kegiatan belajar-mengajar klasikal yang di dalamnya ada sekian puluh murid? Bagaimana pandangan Anda tentang soal ini?
Jawab:
Memang masih banyak yang salah paham dalam menerapkan MI di sekolah atau kelas. Sebenarnya setiap anak mempunyai kecenderungan kecerdasan yang beragam, mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah dari 9 kecerdasan yang ditemukan Gardner. Dalam proses belajar mengajar kecenderungan kecerdasan tersebut harusnya diartikan sebagai pintu masuk informasi yang disampaikan guru kepada para siswanya. Pintu masuk yang terbesar inilah yang sebenarnya dinamakan ‘gaya belajar’ atau ‘learning style’. Apabila informasi tersebut sudah berhasil memasuki pintu terbesar dari kecenderungan kecerdasannya, maka dapat diartikan bahwa siswa tersebut mendapatkan informasi itu sesuai dengan gaya belajarnya. Biasanya siswa akan memahami informasi tersebut. Setelah informasi masuk, maka akan terjadi ‘flow’ yaitu dimungkinkan terbukanya pintu-pintu kecerdasan yang lainnya. Jadi sangat dinamis dan kompleks. Dengan Multiple Intelligences Researh (MIR) akan diketahui diskripsi tentang kecenderungan kecerdasan dan gaya belajar siswa. Atas dasar data inilah dapat digunakan pembagian kelas, tentunya bagi sekolah yang mempunyai lebih dari satu kelas. Pembagian kelas berdasarkan hasil MIR berkaitan dengan persamaan gaya belajar. Sehingga akan tercipta efektifitas dalam proses pembelajaran sebab dalam kelas tersebut rata-rata semua siswanya mempunya gaya belajar yang cenderung sama. Namun setelah itu konsep ‘flow’ harus tetap dilakukan. Jadi tidak kaku dan terkotak-kotak menjadi kelas-kelas permanen berdasarkan 9 kecerdasannya. Inilah yang banyak terjadi di sekolah-sekolah. Akhirnya gaya mengajar para gurunya ‘selamanya’ disesuaikan dengan kecerdasan yang dimiliki siswanya dalam satu kelas tersebut. Akhirnya sangat membosankan. Sampai-sampai ada siswa yang menjuluki gurunya dengan sebutan ‘ustadzah lingkaran’ sebab setiap kali mengajar para siswanya terus diminta berdiri dan membentuk lingkaran. Pendekatan individul MI sebenarnya sangat efektif digunakan untuk siswa-siswa yang mengalami kesulitan pemahaman. Jadi menurut saya, jumlah ideal siswa dalam satu kelasnya di bawah 30 siswa. Dari hasil MIR gaya mengajar guru disesuaikan dengan gaya belajar rata-rata semua siswa untuk masuk dalam ‘pintu kecerdasan yang terbesar’. Setelah itu guru harus menerapkan flow, mengajar dengan strategi yang beragam. Sistem ‘grouping’ akan sangat membantu. Apabila ada siswa yang kurang paham, maka digunakan pendekatan individual. Insyaallah akan terwujud kelas yang indah dan bermakna.

http://munifchatib.wordpress.com
{Konsultan Islamic Boarding School Lazuardi Insan Kamil)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar