Kamis, 19 Januari 2012

Munif Chatib, Mutiara dari Sidoarjo

Munif Chatib, Mutiara dari Sidoarjo

Pasti ada sesuatu yang istimewa sampai-sampai seorang Neno Warisman memberi julukan kepadanya ”Sang Mutiara dari Sidoarjo”.

”Alhamdulillah akhirnya saya bertemu dengan seseorang yang akan membawa paradigma baru pendidikan di negeri ini. Ayo Pak Munif … kita bersama untuk terus berupaya mencerdaskan bangsa yang tengah terpuruk di segala bidang ini …, ” ceramah Bunda Neno Warisman dengan semangat mengebu-gebu di SMP YIMI Gresik di depan 600 masyarakat Gresik tahun lalu.

Siapakah Munif Chatib? Bagaimana banyak orang terpana mendengar ide-ide barunya tentang pendidikan? Dan yang cukup mengejutkan, dengan tangan dinginnya mampu mendisain sebuah sekolah yang terbelakang dan bermutu rendah dalam waktu singkat berubah menjadi sekolah yang unggul dan mendapat kepercayaan masyarakat. Bagaimana kinerjanya sebagai Direktur Lembaga Pendidikan YIMI Gresik ini?

Ketertarikannya di dunia pendidikan di awali ketika masih di bangku SMA. Meskipun masih berstatus siswa kelas 3, beliau ikut membantu gurunya memberi bimbingan belajar kepada teman-temannya. Namun menurut bapak yang mempunyai seorang putri yang sudah duduk dikelas 1 SMP ini mengatakan bahwa, meskipun ia suka mengajar namun waktu itu tidak ada orang yang mengarahkan untuk jenjang S1 nya, sehingga beliau merasa salah jurusan.

“Saya masuk di fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, dan tahun pertama saya seperti masuk ke dunia lain,” kenang bapak yang senang menulis puisi. Karena itulah beliau tidak begitu tertarik pada dunia hukum, seperti menjadi hakim, jaksa atau pengacara, meskipun profesi pengacara pernah dijalaninya pada tahun pertama kelulusannya menjadi sarjana hukum. Namun hatinya lebih mantap menjadi pengajar. Dan pada tahun 1992 sebelum diwisuda beliau dipercayakan untuk menjadi seorang asisten dosen di fakultas hukum sebuah universitas baru di Sidoarjo. Namun malang, hanya 1 bulan, beliau dikeluarkan dari kampus tersebut karena mengkritik dosennya dalam memberikan kuliah yang monoton dan menjemukan.

Pengalaman pertama bekerja dirasakan benar pada saat tahun 1993 bergabung dengan perusahaan asing di Jakarta selama dua tahun. Sempat memimpin sebuah lembaga pendidikan komputer dan bahasa Inggris di Jakarta, akhirnya diminta oleh Universitas Nasional Jakarta untuk menjadi pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Dan pada tahun 1998 sampai 1999 telah menyelesaikan studi dengan Distance Learning di Supercamp Oceanside California USA yang dipimpin oleh Bobby de Porter. Dari 73 lulusan alumni pertama tersebut, beliau menduduki rangking 5 dan satu-satunya lulusan dari Indonesia. Tesisnya, ”Islamic Quantum Learning”, cukup menggemparkan dan sampai sekarang dijadikan referensi yang diminati di Supercamp.

“Islamic Quantum Learning adalah kritik tentang penokohan fiktif yang dikembangkan oleh Bobby de Porter. Dan sepertinya saya menemukan hal yang luar biasa, yaitu ternyata mereka mengakui bahwa nilai-nilai Islam adalah nilai-nilai terbaik dalam penerapan penokohan dan character building yang diajarkan di sekolah-sekolah. Seperti seorang menimba air dari dalam sumur. Air sumur itu adalah nilai Islam dan mereka menyedotnya dengan mesin yang canggih. Sedangkan kita di Indonesia atau di sekolah-sekolah Islam mengambil air itu dengan timba bocor. Inilah kelemahan kita yaitu terletak pada metodologi,” ujar Munif Chatib yang selalu yakin bahwa sekolah Islam mestinya dapat menjadi sekolah terbaik dan unggul.

“Namun bagaimanapun juga saya harus berterima kasih kepada semua guru saya yang sudah memberikan banyak ilmu dengan metodologi yang canggih. Bobby de Poerter beserta teamnya, dan beberapa direktur stakeholder Supercamp, termasuk terima kasih saya kepada DR. Howard Gardner yang membimbing saya dalam menyelesaikan pekerjaan maha berat, yaitu Multiple Intelligence Research untuk diterapkan di Indonesia,” cerita Munif Chatib yang sampai tahun 2007 ini sudah menyelesaikan lebih dari 12.000 responden dalam melakukan Multiple Intelligence Research diberbagai kota di Indonesia.

Ada hal menarik dari intisari hasil belajarnya tersebut dan dikemas dalam sebuah rumus yang cukup mengagetkan banyak orang, yaitu sebuah rumus untuk sekolah unggul. Sekolah unggul menurut beliau adalah sekolah yang memandang tidak ada siswa yang bodoh dan semua siswanya merasakan tidak ada pelajaran satupun yang sulit.

“Coba anda bayangkan betapa cantiknya sebuah proses belajar dalam sebuah kelas apabila guru memandang semua siswanya pandai dan cerdas dan para siswanya merasakan semua pelajaran yang diajarkan mudah dan menarik. Kelas tersebut akan hidup. Keluar dari kelas tersebut, semua siswa mendapatkan pengalaman pertama yang luar biasa dan tak akan pernah lupa seumur hidup. Coba anda bayangkan … bila kelas seperti itu terjadi pada jutaan kelas di sekolah-sekolah di Indonesia. Pasti negara ini akan menjadi negara maju yang diperhitungkan oleh dunia,” kata Munif Chatib yang merasa banyak mendapat tantangan untuk mengangkat YIMI menjadi lembaga pendidikan unggul dan diperhitungkan di Gresik.

Menurut Munif Chatib, YIMI adalah tantangan terberatnya. “Alhamdulillah dengan kerjasama yang baik antara personel yayasan, kepala sekolah dan para guru, sekolah ini dalam waktu satu tahun cukup mendapat kepercayaan masyarakat. Ini adalah keberhasilan kolektif, ” ucapan syukur beliau.

Pesan yang cukup perlu diperhatikan dari seorang yang selalu bersemangat dalam bekerja ini adalah:

“Setiap sekolah dimanapun dengan kualitas apapun, para siswanya adalah amanah yang perlu dijaga. Dan orang yang paling bertanggungjawab adalah para guru. Sekolah unggul adalah sekolah yang mempunyai guru profesional. Dan penyelenggara sekolah yang profesional adalah yang selalu memikirkan kesejahteraan para gurunya.”

(http://munifchatib.wordpress.com)
www.sekolah-unggul.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar