Kamis, 19 Januari 2012

Latarbelakang SMP Boarding LIK

by Hasan Mawardi, M.Si

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt, dan shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamamd Saw beserta keluarganya. Salam sejahtera juga kami haturkan semoga kita semua senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT.

Berlatarbelakang keprihatinan yang mendalam terhadap kondisi yang sudah bertahun-tahun mendera bangsa ini berupa krisis moral, dan berlatar keinginan menyebarluaskan gagasan mengenai pentingnya pendidikan yang memusatkan perhatian pada pembentukan karakter, yayasan Insan Kamil Sukabumi, sebuah lembaga yang berkhidmat pada pengembangan pendidikan dan layanan kemasyarakat, menilai perlu adanya langkah baru dalam bentuk pendirian sekolah unggulan dengan sistem pendidikan yang baik. Sekolah ini harus dibangun sedemikian rupa sehingga pendidikan berkualitas bagi anak bangsa dapat terwujud.

Dari gagasan itu maka terciptalah ide untuk mendirikan sebuah sekolah, yang diharapkan dapat menghasilkan output yang berkualitas, terukur dan dapat dikontrol dengan baik. Kami berkeyakinan bahwa jika sekolah ini berhasil dengan baik dengan menerapkan model yang mudah direplikasi oleh siapa saja yang memiliki kepedulian terhadap pendidikan anak-anak bangsa, maka insya Allah dalam waktu dekat akan bermunculan sekolah-sekolah sejenis yang memberikan pendidikan unggul di berbagai tempat ibarat cendawan di musim hujan.

Sebagai bentuk syukur ke hadirat Allah Swt atas berdirinya SMP Lazuardi Insan Kamil Sukabumi, dan mengingat pentingnya sosialisasi secara lebih luas, kami buat blog ini sehingga dapat memberi manfaat lebih maksimal kepada masyarakat, dan melalui sinergi dengan banyak pihak yang memiliki visi dan misi yang sama mudah-mudahan cita-cita mulia untuk menyediakan pendidikan berkualitas bagi seluruh anak bangsa ini dapat terlaksana dengan baik serta dicatat oleh Allah SWT sebagai amal sholeh kita bersama. Amin.

Akhirnya, kami mengucapkan banyak terimakasih atas dukungan semua pihak baik langsung atau tidka langsung.

Wa`alaikum Salam Warahmatullahi Wabarakatuh

open registration

Islamic Boarding School Lazuardi Insan Kamil SMP LIK kembali membuka pendaftaran siswa baru tahun ajaran 2012-2013. TERBATAS 50 SISWA SAJA.
SMP Boarding Lazuardi Insan Kamil Alamat Sekolah: Jl. Salabintana Km. 6 Kp. Nyangkokot Rt. 01/03 Ds. Karawang Kec. Sukabumi, Sukabumi 43151. Telp (0266) 6248274 atau
Hasan Mawardi : 0817109392
Fadhil : 0817 0180 458
Blog: http://www.lazuardiinsankamil.blogspot.com web: www.sekolah-unggul.com

Kuliah Daily Routine dari sang Eyang di SMP LAZUARDI INSAN KAMIL Sukabumi

Kuliah Daily Routine dari sang Eyang di SMP LAZUARDI INSAN KAMIL Sukabumi
By Munif Chatib (Konsultan SMP LAZUARDI INSAN KAMIL Sukabumi)

Sudah lama tidak menulis untuk SMP LIK Sukabumi yang luar biasa ini. Lalu Pak Hasan Mawardi, sang kepala sekolah mengirimkan email kepada saya berisi informasi tentang seorang kakek dari salah satu siswa memberi kuliah tentang kebiasan-kebiasaan hidup yang harus diperhatikan. Jujur, kurikulum kita ‘kehilangan’ tentang keterampilan kebiasaan-kebiasan sehari-hari yang penting untuk kehidupan selanjutnya. Saya menamakan materi ini tentang dengan sebutan DAILY ROUTINE. Mungkin sebab dipikir tidak terlalu kognitif, maka banyak ditinggalkan oleh banyak sekolah. Bayangkan sekolah yang mengajarkan kebiasaan sehari-hari. Contoh cuci tangan sebelum makan, sikat gigi sebelum tidur dan setelah sarapan pagi. Ada siswa yang malas makan sayuran. Ada kebiasaan buruk lainnya yaitu SAGEME (satu gelas rame-rame), BeAaBe tidak disiram, terkadang tidak mandi karena alasan dingin, buang sampah sembarangan, dan lain-lain. Pertanyaannya besarnya apakah materi ini semua PENTING? Bukankah yang lebih penting adalah Matematika, IPA dan lain-lain. Jawabnya semua materi penting. Tapi DAILY ROUTINE adalah materi yang mengandung kebiasaan, yaitu perilaku yang diulang-ulang. DAILY ROUTINE adalah materi yang jika sudah menjadi kebiasaan siswa akan terpakai seumur hidup, ketika dewasa, ketika berkeluarga dan berhadapan dengan masyarakat luas. Saya sangat berterima kasih sekali kepada yang terhormat Bapak Pong Muhartono Djunaedi, kakek dari Ananda Bayu dan Sultan pada acara Ortu Mengajar tanggal 26 November 2011 lalu. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa mengenai pola hidup sehat. Memang di SMP LAZUARDI INSAN KAMIL, para keluarga siswa diberi kesempatan untuk mengajar tentang tema apa saja yang dirasa penting untuk bekal kehidupan siswanya. Terima kasih buat Pak Hasan, Pak Komar yang menjadi moderator acara, dan juga kepada Pak Saban dan Ibu Muna. Semoga sukses selalu. SMP LAZUARDI INSAN KAMIL Salabintana Sukabumi menerima pendaftaran:

Alamat Sekolah: Jl. Salabintana Km. 6 Kp. Nyangkokot Rt. 01/03 Ds. Karawang Kec. Sukabumi, Sukabumi 43151. Telp (0266) 6248274 atau
Hasan Mawardi : 0817109392
Fadhil : 0817 0180 458
Blog: http://www.lazuardiinsankamil.blogspot.com web: www.sekolah-unggul.com

WAWANCARA EKSKLUSIF HERNOWO DENGAN MUNIF CHATIB TENTANG BUKU SEKOLAHNYA MANUSIA

10. Bagaimana pula tentang pendidikan akhlak atau karakter? Mengapa pendidikan agama seperti gagal dalam menangani pendidikan akhlak ini? Apakah MI dapat membantu mengefektifkan pendidikan akhlak? Atau Anda memiliki strategi lain terkait dengan pendidikan akhlak?
Jawab:
Menurut saya, ada ketimpangan dalam pendidikan agama disekolah. Seperti yang kita ketahui pendidikan agama dibagi menjadi 3 wilayah besar, yaitu akidah, fiqih dan akhlak. Mestinya yang mempunyai bobot pemahaman kognitif terbesar adalah wilayah akidah. Sedangkan fiqih dan akhlak adalah materi praktis. Pada sekolah-sekolah binaan kami, pendidikan akhlak kami namakan ‘Character Building’ (CB). CB disajikan dalam bentuk praktis dan menarik. Materi disusun dalam lessonplan yang penuh dengan aktivitas, games, riset sampai siswa merasakan mengapa mereka harus berbuat baik, sebaliknya harus sekuat tenaga meninggalkan perbuatan buruk. CB tidak disajikan dalam bentuk defenitif. Tapi sangat cair dalam kehidupan nyata sehari-hari. Tiba-tiba dengan bidang studi CB, karakter siswa yang nakal dalam interaksi di lingkungan sekolah secara efektif dapat berubah. Konsep-konsep karakter diterapkan dengan proses belajar yang sangat cantik dan menyenangkan siswa. Mulai dari jenjang TK sampai SMA. Bahkan saya menilai bidang studi CB ini wajib ada pada sekolah yang menerapkan multiple intelligence, sebab bulan-bulan pertama kebanyakan siswa akan mengalami ‘eforia’ kebebasan belajar. CB mampu mereduksi eforia ini secara efektif dan mengembalikan tanggung jawab keberhasilan belajar ada di pundak masing-masing siswa, bukan di pundak guru.

http://munifchatib.wordpress.com
{Konsultan Islamic Boarding School Lazuardi Insan Kamil)

WAWANCARA EKSKLUSIF HERNOWO DENGAN MUNIF CHATIB TENTANG BUKU SEKOLAHNYA MANUSIA

8. Oh ya menurut Anda, problem-pokok pendidikan di Indonesia ini apa? Lantas, agar pendidikan di Indonesia dapat terus maju dan berkembang sebagaimana negara-negara lain—misalnya sejajar dengan Jepang atau Finlandia—apa yang kira-kira harus ditangani pertama kali?
Jawab:
Problem pendidikan di Indonesia sangat kompleks. Namun saya yakin ada ujung benang kusutnya. Dan akhirnya dapat diselesaikan. Menurut saya ujung benang kusut ada dua yaitu sistem dan kualitas sumber daya manusianya. Banyak masalah yang terkait dengan sistem, antara lain yang menonjol adalah sistem pendidikan yang masih sentralistik, terutama dalam wilayah ‘output’, yaitu standar kelulusan siswa ditentukan oleh alat tes yang dibuat pusat, bukan oleh guru. Pada wilayah akhir yang ‘salah’ inilah yang akhirnya menjadi orientasi pendidikan mulai dari wilayah yang pertama yaitu input, san diikuti oleh prosesnya. Jika sistem di output ini diperbaiki, maka input dan prosesnya akan mengikuti. Betapa banyak kreatifitas guru yang lumpuh akibat kondisi output yang ‘academic minded’. Yang kedua adalah kualitas SDM, terutama tenaga pengajar. Guru juga manusia yang perlu belajar. Maka peningkatan kualitas dengan pelatihan dan pengembangan adalah hal yang terpenting dalam posting dana pendidikan. Negara yang maju pendidikannya mempunyai ciri-ciri yang hampir sama, yaitu posting dana pendidikan yang cukup besar dan diprioritaskan untuk pengembangan sdm-nya. Jadi kesimpulannya, agar bisa seperi Jepang dan Finlandia adalah pertama perbaiki sistem mulai dari input, proses dan output. Kedua sistem tersebut harus diisi oleh sdm yang berkualitas. Sebenarnya sederhana dan klasik. Hanya saja menurut saya pemerintah kita ‘sangat politis’ dalam mengurusi masalah pendidikan.
9. Ada sebagian pengamat pendidikan mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia selama ini academic oriented. Misalnya, ujian itu selalu hafalan dari TK sampai SMA. Setiap sekolah mengajarkan teaching to the test. Anak didik pun tidak kreatif. Bagaimana menurut Anda?
Jawab:
Betul sekali. Academic oriented inilah yang menjadikan anak didik kita seperti robot. Segalanya dirancang agar lulus dari test akhir. Padahal pengalamn saya sebagai peneliti kualitas soal-soal ujian nasional, yang menjadi standar kelulusan siswa dalam jenjang SD, SMP dan SMA adalah kualitas soalnya masuk dalam kualitas yang paling ‘rendah’. Dengan ‘multiple choice’ murni peserta didik pemikirannya dibatasi dengan kemampuan ‘TAHU APA’ dan BIM SALABIM’. Artinya kalau siswa tidak tahu jawaban mana yang benar, maka mereka menggunakan cara ‘bim salabim, pokoknya semua soal terlingkari. Menurut Taksonomi Bloom, jenis soal semacam ini mestinya tidak dapat untuk menilai standar kelulusan dari sebuah materi atau bidang studi. Hilang sudah wilayah kemampuan pemahaman, aplikasi, analisa, sintesa dan evaluasi. Padahal ketika mereka terjun ke masyarakat untuk mengaplikasikan ilmunya, ternyata dunia sekarang ini membutuhkan sdm yang BISA APA selain TAHU APA. Segala macam cara yang dipakai sekolah agar sekolahnya tidak menjadi sekolah robot akan gagal pada masa akhir tahun ajarannya. Sebab didepan mata ada ‘robotic test’ yang harus dilewati semua siswa. Terkadang saya juga tidak habis pikir tentang ‘teaching to test’ ini sangat kuat mengakar dan sulit diubah di Indonesia. Padahal kenyataan sudah banyak terjadi, IP tinggi bukan segala-galanya. Saya banyak menjumpai dalam tes seleksi guru, calon guru dengan IP yang tinggi, berantakan pada saat menjalani micro teaching test. Almarhum Munir adalah sahabat saya waktu di fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. Saya ingat betul, skripsi yang beliau tulis tentang perburuhan, dan IP Kumulatifnya hanya 2,6. Namun setiap orang mengakui kecerdasan Almarhum Munir yang terkait dalam profesinya. Semoga arwah beliau tenang dalam perjalanan menemui Tuhannya.

http://munifchatib.wordpress.com
{Konsultan Islamic Boarding School Lazuardi Insan Kamil)

WAWANCARA EKSKLUSIF HERNOWO DENGAN MUNIF CHATIB TENTANG BUKU SEKOLAHNYA MANUSIA

7. Tak sedikit orang yang masih salah paham terkait dengan teori MI ini. Misalnya, penerapan MI harus benar-benar memerhatikan secara satu per satu anak didik karena setiap anak didik unik, tidak ada yang sama. Bukankah ini melawan kegiatan belajar-mengajar klasikal yang di dalamnya ada sekian puluh murid? Bagaimana pandangan Anda tentang soal ini?
Jawab:
Memang masih banyak yang salah paham dalam menerapkan MI di sekolah atau kelas. Sebenarnya setiap anak mempunyai kecenderungan kecerdasan yang beragam, mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah dari 9 kecerdasan yang ditemukan Gardner. Dalam proses belajar mengajar kecenderungan kecerdasan tersebut harusnya diartikan sebagai pintu masuk informasi yang disampaikan guru kepada para siswanya. Pintu masuk yang terbesar inilah yang sebenarnya dinamakan ‘gaya belajar’ atau ‘learning style’. Apabila informasi tersebut sudah berhasil memasuki pintu terbesar dari kecenderungan kecerdasannya, maka dapat diartikan bahwa siswa tersebut mendapatkan informasi itu sesuai dengan gaya belajarnya. Biasanya siswa akan memahami informasi tersebut. Setelah informasi masuk, maka akan terjadi ‘flow’ yaitu dimungkinkan terbukanya pintu-pintu kecerdasan yang lainnya. Jadi sangat dinamis dan kompleks. Dengan Multiple Intelligences Researh (MIR) akan diketahui diskripsi tentang kecenderungan kecerdasan dan gaya belajar siswa. Atas dasar data inilah dapat digunakan pembagian kelas, tentunya bagi sekolah yang mempunyai lebih dari satu kelas. Pembagian kelas berdasarkan hasil MIR berkaitan dengan persamaan gaya belajar. Sehingga akan tercipta efektifitas dalam proses pembelajaran sebab dalam kelas tersebut rata-rata semua siswanya mempunya gaya belajar yang cenderung sama. Namun setelah itu konsep ‘flow’ harus tetap dilakukan. Jadi tidak kaku dan terkotak-kotak menjadi kelas-kelas permanen berdasarkan 9 kecerdasannya. Inilah yang banyak terjadi di sekolah-sekolah. Akhirnya gaya mengajar para gurunya ‘selamanya’ disesuaikan dengan kecerdasan yang dimiliki siswanya dalam satu kelas tersebut. Akhirnya sangat membosankan. Sampai-sampai ada siswa yang menjuluki gurunya dengan sebutan ‘ustadzah lingkaran’ sebab setiap kali mengajar para siswanya terus diminta berdiri dan membentuk lingkaran. Pendekatan individul MI sebenarnya sangat efektif digunakan untuk siswa-siswa yang mengalami kesulitan pemahaman. Jadi menurut saya, jumlah ideal siswa dalam satu kelasnya di bawah 30 siswa. Dari hasil MIR gaya mengajar guru disesuaikan dengan gaya belajar rata-rata semua siswa untuk masuk dalam ‘pintu kecerdasan yang terbesar’. Setelah itu guru harus menerapkan flow, mengajar dengan strategi yang beragam. Sistem ‘grouping’ akan sangat membantu. Apabila ada siswa yang kurang paham, maka digunakan pendekatan individual. Insyaallah akan terwujud kelas yang indah dan bermakna.

http://munifchatib.wordpress.com
{Konsultan Islamic Boarding School Lazuardi Insan Kamil)

WAWANCARA EKSKLUSIF HERNOWO DENGAN MUNIF CHATIB TENTANG BUKU SEKOLAHNYA MANUSIA

4. Salah satu hal yang sangat menarik dalam buku Anda, Sekolahnya Manusia, adalah rekaman tentang keberhasilan Anda mengubah beberapa sekolah di Jawa Timur yang hampir sekarat menjadi sekolah yang berprestasi. Dalam mengubah sekolah-sekolah yang hampir sekarat itu, Anda menggunakan MIR dan MIS. Apa itu MIR dan MIS mas Munif?
Jawab:
MIS adalah Multiple Intelligence System, yaitu semua sistem yang holistik dari proses pendidikan dari mulai input, proses dan outputnya.
Pada wilayah input, difokuskan pada konsep bahwa ‘setiap anak cerdas dengan multiple intelligencenya. Jadi dalam sekolah binaan saya, penerimaan siswa baru tidak memakai tes-tes kognitif apapun sebagai saringannya. Kita berpedoman pada kapasitas tempat. Kalau untuk siswa baru memuat 100 siswa. Maka pendaftar ke 100 adalah pendaftar terakhir. Dan setelah itu tutup. Semua siswa dalam berbagai kondisi diterima, terutama tidak menganut ‘the best input’, yaitu sekolah yang menerima siswa-siswa yang pandai-pandai secara kognitif. Walhasil sekolah kami banyak diserbu oleh siswa yang bodoh dan nakal, namun kami bertekad mengubahnya menjadi pinter dan baik. Nah apa rahasianya? Setelah mereka masuk, dilakukanlah Multiple Intelligence Research (MIR). MIR adalah alat riset psikologi yang mendiskripsikan banyak hal terutama adalah kecenderungan kecerdasan dan gaya belajar siswa. Dengan MIR maka wilayah proses dalam MIS menjadi cantik dan manusiawi. Rumus ajaibnya adalah setelah diketahui gaya belajar siswa dengan MIR maka gaya mengajar guru menyesuaikan dengan gaya belajar tersebut, lahirlah kondisi tidak ada anak bodoh dan tidak ada pelajaran sulit. Konsep ini kita sebut ‘the best process’.
5. Mengapa Anda tertarik menekuni Multiple Intelligences (MI)? Apakah di Supercamp Oceanside, Anda mendapatkan pendidikan khusus tentang temuan Howard Gardner ini? Saya dengar, Anda membuat tesis “Islamic Quantum Learning” yang membuat kagum para pengajar di Supercamp. Apakah tesis Anda itu terkait dengan MI?
Jawab:
Faktor utama yang menyebabkan saya tertarik menekuni MI adalah sifat ‘manusiawi’nya. Tiba-tiba setiap orang mempunyai potensi untuk menunjukkan ‘benefiditas’nya, dalam kondisi apapun. Sebenarnya Howard Gardner menaungi lembaga psikologi yang bernama ‘project zero’ di Harvard University yang merupakan salah satu stake holder dari ‘Learning Forum – Supercamp’ yang dikomdani oleh Bobbi de Porter. Selain ‘project zero’ masih banyak lagi stake holder yang terkait. ‘Islamic Quantum Learning’ sangat terkait dengan MI. IQL merupakan strategi pembelajaran dengan menghadirkan tokoh. Materi-materi belajar terutama yang terkait dengan character building di ajarkan dengan menghadirkan tokoh yang terkait. Kata-kata ‘Islamic’ saya buat sebab hampir 90% tokoh yang saya tampilkan dan yang terkait dengan materi-materi pembelajaran seperti keberanian, patuh kepada orangtua, kesederhanaan, kepedulian, tanggung jawab dan lain-lain adalah tokoh-tokoh real Islam. Mulai dari Muhammad Rasulullah SAAW, keluarganya dan sahabat-sahabatnya. Dalam dunia barat, strategi penokohan ini 90% adalah tokoh fiktif dan 10% tokoh real. Padahal mereka meneliti bahwa tokoh fiktif mempunyai durasi yang pendek untuk masuk memori jangka panjang. Sedangkan tokoh real sebaliknya, sangat disukai oleh ‘memori jangka panjang’. Contoh tokoh “Theletabis’ dulu sangat disukai oleh anak-anak, hampir di setiap alun-alun dan toko-toko menjual bonekanya. Namun sekarang, boneka Theletabis sudah tidak digemari lagi, mungkin ganti dengan tokoh yang lain. Namun apabila tokoh tersebut real, seperti di Amerika terkenal dengan Abraham Lincon, Thomas Jeferson, mulai dari anak kecil sampai orang tua sangat menyukai tokoh-tokoh tersebut. Nah dalam IQL, tokoh yang ada adalah hampir semuanya real, bukan fiktif. Mestinya tokoh-tokoh Islam tersebut akan disukai, dikenang dan jadi bahan pembicaraan anak-anak sampai orang tua setiap hari. Hanya saja kita jarang menggunakannya. Kita terbiasa untuk materi keberanian disandingkan dengan tokoh super hero, seperti batman, spiderman, atau superman. Jarang kita belajar makna keberanian dengan tokoh Sayidah Ali bin Abi Thalib, yang dengan keperkasaannya mampu merobohkan pintu Khaibar yang kokoh dan kuat.

http://munifchatib.wordpress.com
{Konsultan Islamic Boarding School Lazuardi Insan Kamil)
WAWANCARA EKSKLUSIF HERNOWO DENGAN MUNIF CHATIB
TENTANG BUKU SEKOLAHNYA MANUSIA
1. Mas Munif, Anda baru saja meluncurkan buku pertama Anda yang berjudul Sekolahnya Manusia. Bagaimana perasaan Anda melihat produk Anda ini? Secara ringkas, apa yang ingin Anda sampaikan (bagikan) lewat Sekolahnya Manusia?
Jawab:
Perasaan saya tentunya senang dan lega, seperti bendungan air yang dibuka pintunya, terus air mengucur deras mengguyur tanah-tanah kering di bawahnya. Seperti itu perasaan saya. Dalam buku tersebut sebenarnya saya ingin menyampaikan sebuah kenyataan bahwa jutaan institusi yang bernama sekolah sudah tidak manusiawi lagi. Anak dipaksa oleh target-target tertentu yang tidak sesuai dengan kecerdasan dan bakatnya. Sehingga lahirlah jutaan siswa bodoh dan sedikit siswa yang pandai. Dalam ‘sekolahnya manusia’ tiba-tiba sekolah menjadi tempat yang nyaman buat para siswanya. Mereka menuangkan apa yang mereka ingin lakukan dan ingin capai. Ternyata dengan cara yang khas dan multiple semua siswa adalah cerdas. Banyak orang bilang, itu mustahil, namun dengan ‘sekolahnya manusia’ ternyata bukan hanya sekedar mimpi.

2. Apakah setelah berhasil melahirkan buku pertama ini, Anda kemudian memiliki keinginan untuk melahirkan buku kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya? Jika berkenan, apa saja topik-topik yang akan Anda tulis dan dijadikan buku?
Jawab;
Ya … sekolahnya manusia seperti gambaran seekor gajah. Pembaca yang membaca akan mengetahui ternyata gajah itu kakinya empat, telinganya lebar, belalainya panjang dan lain-lain. Tidak mungkin pembaca menyebutkan gajah itu punya sayap. Gambaran global (global analysis) itulah target dari buku sekolahnya manusia. Saya sudah mempersiapkan buku-beku berikutnya, yaitu lebih ‘task analysis’, artinya bagaiman sih detail kaki gajah, telinga gajah, mulut gajah. Atau bagaimana kalau gajah makan, lari, dan lain-lain. Buku kedua, saya ingin memaparkan bagaimana sebuah ‘special moment’ terjadi antara guru dan siswanya. Buku ke3 saya ingin mengulas apa yang terjadi pada siswa yang nakal dan bodoh di sebuah sekolah. Buku ke 4 saya ingin mengulas habis tentang kreatifitas guru sebagai tantangan buat teman-teman guru dalam profesionalitas. Dan seterusnya saya ingin menulis hal-hal yang fokus terkait dengan pembelajaran di sekolah. Saya pernah me-list rencana buku-buku selanjutnya, sampai hari ini sudah tersusun sekitar 125 judul buku, ‘subhanallah’ semoga diberikan kesehatan dan umur panjang.
3. Saya membaca di buku pertama Anda ini bahwa Anda dahulu adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang. Namun, kemudian Anda merasakan bahwa Anda lebih mantan mengajar atau menerjuni dunia pendidikan. Anda kemudian pun iku kuliah jarak jauh di Supercamp Oceanside California USA yang dipimpin Bobbi DePorter dan lulus dengan menduduki peringkat ke-5. Tolong ceritakan mengapa Anda lebih tertarik di dunia pendidikan?
Jawab:
Jujur, saya sebelumnya tidak tahu menahu dunia ‘hukum’. Saya masuk fakultas hukum hanya coba-coba saja, sebab waktu itu tidak ada informasi yang tepat tentang program jurusan apa yang sesuai dengan kecenderungan kecerdasan dan bakat saya. Saya sempat menangani beberapa kasus ketika lulus, namun tidak ada yang menang dan tuntas. Saya akhirnya introspeksi diri dan menemukan bahwa dunia saya buk an menjadi ‘pengacara’. Ketika mencoba jadi asisten dosen dan akhirnya menjadi dosen, saya merasa ‘AHA’ inilah dunia saya. Saya paling suka menyampaikan sesuatu yang rumit namun akhirnya menjadi mudah ditangkap oleh para mahasiswa saya. Apalagi setelah belajar tentang multiple intelligence, saya mencoba mengajar mulai dari tingkatan TK sampai perguruan tinggi. Dan akhirnya saya merasa ‘inilah dunia saya – I am a teacher’. Itu ketertarikan saya di dunia pendidikan yang mikro. Kalau yang makro, saya melihat kondisi pendidikan di Indonesia yang kecepatan untuk majunya rendah. Beda dengan negara-negara lain yang punya speed cepat. Saya melihat problemnya ada dua hal yang mendasar yaitu ‘sistem pendidikan’dan kualitas sdm guru. Pada saat banyak guru yang mau maju dan kreatif, mereka berhenti bahkan mundur karena ‘sistem’ yang memaksa itu. Setiap guru yang kreatif mempunyai tembok penghalang yang demikian kokoh untuk ditembus yaitu ‘sistem’.

http://munifchatib.wordpress.com
{Konsultan Islamic Boarding School Lazuardi Insan Kamil)

Munif Chatib, Mutiara dari Sidoarjo

Munif Chatib, Mutiara dari Sidoarjo

Pasti ada sesuatu yang istimewa sampai-sampai seorang Neno Warisman memberi julukan kepadanya ”Sang Mutiara dari Sidoarjo”.

”Alhamdulillah akhirnya saya bertemu dengan seseorang yang akan membawa paradigma baru pendidikan di negeri ini. Ayo Pak Munif … kita bersama untuk terus berupaya mencerdaskan bangsa yang tengah terpuruk di segala bidang ini …, ” ceramah Bunda Neno Warisman dengan semangat mengebu-gebu di SMP YIMI Gresik di depan 600 masyarakat Gresik tahun lalu.

Siapakah Munif Chatib? Bagaimana banyak orang terpana mendengar ide-ide barunya tentang pendidikan? Dan yang cukup mengejutkan, dengan tangan dinginnya mampu mendisain sebuah sekolah yang terbelakang dan bermutu rendah dalam waktu singkat berubah menjadi sekolah yang unggul dan mendapat kepercayaan masyarakat. Bagaimana kinerjanya sebagai Direktur Lembaga Pendidikan YIMI Gresik ini?

Ketertarikannya di dunia pendidikan di awali ketika masih di bangku SMA. Meskipun masih berstatus siswa kelas 3, beliau ikut membantu gurunya memberi bimbingan belajar kepada teman-temannya. Namun menurut bapak yang mempunyai seorang putri yang sudah duduk dikelas 1 SMP ini mengatakan bahwa, meskipun ia suka mengajar namun waktu itu tidak ada orang yang mengarahkan untuk jenjang S1 nya, sehingga beliau merasa salah jurusan.

“Saya masuk di fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang, dan tahun pertama saya seperti masuk ke dunia lain,” kenang bapak yang senang menulis puisi. Karena itulah beliau tidak begitu tertarik pada dunia hukum, seperti menjadi hakim, jaksa atau pengacara, meskipun profesi pengacara pernah dijalaninya pada tahun pertama kelulusannya menjadi sarjana hukum. Namun hatinya lebih mantap menjadi pengajar. Dan pada tahun 1992 sebelum diwisuda beliau dipercayakan untuk menjadi seorang asisten dosen di fakultas hukum sebuah universitas baru di Sidoarjo. Namun malang, hanya 1 bulan, beliau dikeluarkan dari kampus tersebut karena mengkritik dosennya dalam memberikan kuliah yang monoton dan menjemukan.

Pengalaman pertama bekerja dirasakan benar pada saat tahun 1993 bergabung dengan perusahaan asing di Jakarta selama dua tahun. Sempat memimpin sebuah lembaga pendidikan komputer dan bahasa Inggris di Jakarta, akhirnya diminta oleh Universitas Nasional Jakarta untuk menjadi pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Dan pada tahun 1998 sampai 1999 telah menyelesaikan studi dengan Distance Learning di Supercamp Oceanside California USA yang dipimpin oleh Bobby de Porter. Dari 73 lulusan alumni pertama tersebut, beliau menduduki rangking 5 dan satu-satunya lulusan dari Indonesia. Tesisnya, ”Islamic Quantum Learning”, cukup menggemparkan dan sampai sekarang dijadikan referensi yang diminati di Supercamp.

“Islamic Quantum Learning adalah kritik tentang penokohan fiktif yang dikembangkan oleh Bobby de Porter. Dan sepertinya saya menemukan hal yang luar biasa, yaitu ternyata mereka mengakui bahwa nilai-nilai Islam adalah nilai-nilai terbaik dalam penerapan penokohan dan character building yang diajarkan di sekolah-sekolah. Seperti seorang menimba air dari dalam sumur. Air sumur itu adalah nilai Islam dan mereka menyedotnya dengan mesin yang canggih. Sedangkan kita di Indonesia atau di sekolah-sekolah Islam mengambil air itu dengan timba bocor. Inilah kelemahan kita yaitu terletak pada metodologi,” ujar Munif Chatib yang selalu yakin bahwa sekolah Islam mestinya dapat menjadi sekolah terbaik dan unggul.

“Namun bagaimanapun juga saya harus berterima kasih kepada semua guru saya yang sudah memberikan banyak ilmu dengan metodologi yang canggih. Bobby de Poerter beserta teamnya, dan beberapa direktur stakeholder Supercamp, termasuk terima kasih saya kepada DR. Howard Gardner yang membimbing saya dalam menyelesaikan pekerjaan maha berat, yaitu Multiple Intelligence Research untuk diterapkan di Indonesia,” cerita Munif Chatib yang sampai tahun 2007 ini sudah menyelesaikan lebih dari 12.000 responden dalam melakukan Multiple Intelligence Research diberbagai kota di Indonesia.

Ada hal menarik dari intisari hasil belajarnya tersebut dan dikemas dalam sebuah rumus yang cukup mengagetkan banyak orang, yaitu sebuah rumus untuk sekolah unggul. Sekolah unggul menurut beliau adalah sekolah yang memandang tidak ada siswa yang bodoh dan semua siswanya merasakan tidak ada pelajaran satupun yang sulit.

“Coba anda bayangkan betapa cantiknya sebuah proses belajar dalam sebuah kelas apabila guru memandang semua siswanya pandai dan cerdas dan para siswanya merasakan semua pelajaran yang diajarkan mudah dan menarik. Kelas tersebut akan hidup. Keluar dari kelas tersebut, semua siswa mendapatkan pengalaman pertama yang luar biasa dan tak akan pernah lupa seumur hidup. Coba anda bayangkan … bila kelas seperti itu terjadi pada jutaan kelas di sekolah-sekolah di Indonesia. Pasti negara ini akan menjadi negara maju yang diperhitungkan oleh dunia,” kata Munif Chatib yang merasa banyak mendapat tantangan untuk mengangkat YIMI menjadi lembaga pendidikan unggul dan diperhitungkan di Gresik.

Menurut Munif Chatib, YIMI adalah tantangan terberatnya. “Alhamdulillah dengan kerjasama yang baik antara personel yayasan, kepala sekolah dan para guru, sekolah ini dalam waktu satu tahun cukup mendapat kepercayaan masyarakat. Ini adalah keberhasilan kolektif, ” ucapan syukur beliau.

Pesan yang cukup perlu diperhatikan dari seorang yang selalu bersemangat dalam bekerja ini adalah:

“Setiap sekolah dimanapun dengan kualitas apapun, para siswanya adalah amanah yang perlu dijaga. Dan orang yang paling bertanggungjawab adalah para guru. Sekolah unggul adalah sekolah yang mempunyai guru profesional. Dan penyelenggara sekolah yang profesional adalah yang selalu memikirkan kesejahteraan para gurunya.”

(http://munifchatib.wordpress.com)
www.sekolah-unggul.com

STRATEGI MENGAJAR MULTIPLE INTELLIGENCE UNTUK SEMUA JENJANG PENDIDIKAN

By Munif Chatib {Konsultan Islamic Boarding School Lazuardi Insan Kamil)

Beberapa pertanyaan masuk ke email saya tentang strategi mengajar. Intinya ada sebagian guru yang menganggap strategi mengajar multiple intelligence hanya cocok untuk jenjang TK dan SD, sedangkan SMP, SMA dan seterusnya sudah tidak cocok lagi. Saya sepertinya perlu meluruskan dan menjawab pertanyaan ini.

Pertama, istilah strategi multiple intelligence seperti yang saya tulis dibuku saya GURUNYA MANUSIA adalah seperti sebuah konteks yang luas. Apapun nama strateginya, saya berusaha menamakan itu strategi multiple intelligence. Contoh strategi sosio drama (role play) sah-sah saja saya masukkan dalam keluarga besar strategi multiple intelligence. Demikian juga kolaboarasi, service learning, simulasi, dan lain-lain. Bersama teman-teman guru yang kreatif, sudah terkumpul 200 lebih strategi mengajar yang kami namakan strategi multiple intelligences. Pernah seorang teman di kampus bertanya kepada saya untuk saya membuat definisi formal tentang srategi multiple intelligences. Saya katakan strategi multiple intelligences adalah strategi mengajar dalam sebuah proses belajar mengajar yang menitik beratkan pada kecocokan antara gaya mengajar guru dan gaya belajar siswa, sehingga tujuan pembelajaran tuntas. Istilah multiple intelligence saya pakai sebab untuk mengetahu gaya belajar seseorang itu bersumber pada kecerdasannya, yang saat ini diistilahkan multiple intelligences. Yang sering kurang dipahami, adalah pada saat guru memberikan tes kepada siswanya dalam bentuk apapun, tes formatif, sumatif, atau ujian akhir, sebenarnya aktivitas tersebut adalah sebuah strategi. Kami menamakan strategi ‘exercise’. Dan strategi exercise itu adalah salah satu dari ratusan strategi multiple intelligences.

Kedua, dalam buku saya GURUNYA MANUSIA dijelaskan bahwa, strategi mengajar itu mengandung unsur-unsur metode, prosedur aktivitas dari metode tersebut, yang di dalamnya ada istilah teknik dan trik, lalu terakhir adalah penilaian. Jadi ketika saya mengajar di jenjang TK saya memilih strategi SOSIO DRAMA atau roleplay, demikian juga saya mengajar SD kelas 5 menggunakan stategi yang sama. Ketika saya menggunakan strategi sosio drama itu ke jenjang SMP dan SMA, hasilnya luar biasa. Semua siswanya sangat antusias mengikuti proses belajar. Ketika saya mengunakan strategi sosio drama di kampus, para mahasiswa menyambutnya dengan dahsyat. Lalu apa yang membedakan strategi itu pada setiap jenjangnya? Pastilah pada unsure prosedur aktivitas dan penilaiannya. Saya berpendapat, teman-teman guru yang mengatakan bahwa strategi multiple intelligences hanya cocok untuk jenjang TK dan SD mungkin disebabkan kurang pahamnya terhadap ‘ruh’ strategi mengajar itu sendiri. Saya dulu juga terjebak kalau mengajar pada tingkat SMP, SMA dan perguruan tinggi, hanya menggunakan strategi tunggal yaitu metode ceramah. Padahal betapa banyak siswa dan mahasiswa yang mengantuk pada saat guru dan dosennya berceramah.

Ketiga, strategi multiple intelligence, apapun metodenya, menurut saya lebih banyak menggunakan pendekatan ‘student center’ yaitu siswa sebagai penerima informasi yang harus aktif dalam pembelajaran.

Jadi kesimpulannya, strategi mengajar multiple intelligence dengan metode apapun dapat dipraktekkan dalam semua jenjang pendidikan. Saya pernah berdiskusi dengan sekelompok guru yang getol tidak mau menerima strategi multiple intelligence untuk jenjang SMP ke atas, ternyata pada ujung diskusi, kita menyimpulkan kelompok guru tersebut adalah guru yang tidak mau repot, tidak kreatif, mereka hanya ingin mengambil gampangnya saja dalam mengajar, yaitu ‘berceramah’. Semoga semua guru terhidar dari jebakan kemalasan untuk kreatif. Semoga bisa membantu.
(http://munifchatib.wordpress.com)

www.sekolah-unggul.com